Wednesday, 9 January 2013

Kerja untuk gengsi diri sendiri atau gengsi orang lain?


Saat ini saya merasa dan baru kali pertama saya merasa bekerja di kitchen tidak semangat. Biasanya kalau capek pun saya tidak merasa sedih. Ohya bukan sedih tapi tidak senang. Atau mungkin ini yang disebut tidak cocok dengan pekerjaan yang saya jalani. Baru saja bergabung lagi di company ini. Memang saya pindah section, yang katanya section ini termasuk section kebanggan bagi orang yang bisa bekerja disini. Dulu saya befikir bahwa saya bisa berkembang dalam hal ini tambah pintar dan tambah cepat bekerjanya karena under pressure. Tapi setelah saya merasakannya sendiri, ini membuat saya tumpul otak, jarang pegang pisau dan tidak kena api. Pressure yang saya bayangkan ternyata bukan dari atasan saya, tapi dari saya sendiri. Saya masih meraba dengan pekerjaan ini. Harus pas waktunya dan lebih ke cara saya memahami komunikasi. Dulu yang saya bayangkan adalah saya bisa belajar lebih bnyak disini. Tapi ini bukan yang saya inginkan.
Ada terlintas untuk pindah dari company ini, tapi balik lagi, saya baru saja sebulan disini. Istilahnya saya belum nemu celahnya. Saya cerita pada beberapa teman saya, dan mereka bilang, “Bertahan nun supaya cv kamu bagus. Masa pengalaman Cuma beberapa bulan itu gak bagus, berarti ada yang salah sama kamu.” Tapi mereka tidak merasakan apa yang saya rasakan disini. Ditambah saya bertanya pada teman yang sama-sama bekerja disini yang notabene lebih senior dan pernah bekerja ditempat lain. “jangan lama-lama kerja disini, bikin bodoh, tumpul otak.” Tuh kan, saya jadi makin galau. Saya juga memikirkan apa kata ibu saya nanti kalau saya Cuma sebentar kerja disini. Dulu yang saya meyakinkan ibu saya bahwa ini adalah pilihan terbaik saya untuk bekerja disini dengan segala resiko yang akan saya dapat. Istilahnya belum juga balik modal, masa sudah mau cabut aja.
Banyak teman-teman disini yang sudah melamar pekerjaan ditempat lain dan yah, saya tinggal tunggu waktu saja mereka satu persatu  pergi. Bukan hanya teman-teman selevel saya, bahkan atasan saya juga begitu. Tinggal tunggu waktu saja tempat ini regenerasi. Siapa kuat dan mau bertahan disini.
Saya dilanda krisis semangat! Saya yang dulu berfikir ini adalah langkah bagus untuk memulai karir saya, kini sedikit goyah karena keadaan yang membuat saya berfikir seperti ini. Kalau dipikir secara realita saya yang tadinya berfikir kerja disini tidak masalah dengan gaji, jadi mikir lagi kalau ilmu dan kemampuan saya tidak bisa berkembang dan gaji tidak bisa menyenangkan saya, buat apa saya mempertahankan pride ini. Melihat realita yang saya hadapi dan tujuan masa depan saya yang tidak bisa berjalan beriringan membuat galau mau memilih mana? Salah satu chef yang saya pernah bekerja bareng pernah bilang “duit itu mengikuti kemampuan! Kalau sudah di level supervisor baru bisa cari duit.” Tapi saya melihat beberapa senior saya yang masih di level dibawah supervisor bisa dapat duit kenapa nggak?
Pride alias gengsi yang saya rasakan tidak se-gengsi yang sebenarnya. Saya sering bertanya dalam hati “apakah teman-teman saya yang tidak bekerja di tempat sebergengsi seperti tempat saya sekarang ilmunya lebih  cetek daripada saya?” saya rasa tidak juga.
Sempat ingin rasanya kerja di jogja saja yang notabene saya tidak perlu memikirkan tempat tinggal dan kenyamanan rumah sudah pasti saya dapat dan saya bisa nabung lebih banyak. Tapi kalau di jogja saya sulit untuk bisa mendapatkan buku yang bagus. Maaf mungkin terlalu idealis. Tapi jujur, saya ingin bekerja di daerah yang memungkinkan saya mendapatkan buku kitchen yang bagus yang kebanyakan import karena saya dulu ketika kuliah tidak bisa beli buku kitchen yang mahal itu dan saya ingin mewujudkannya ketika bekerja. Sebenarnya bisa saja saya beli online atau titip teman yang ada di luar negeri atau yang ada di jakarta. Tapi kalau bisa melihat, memilih dan membelinya sendiri itu ada kepuasan tersendiri. Kalau di jogja? Aduh..sulit.
Yah ini mungkin yang disebut galau kerjaan. The next step of working !
Ada saran?

No comments:

Post a Comment